Tag Archives: Seni

Wayang Kreasi Lampung Manggung di Srawung Seni Sawah

Wayang Kreasi Lampung dipertontokan oleh mahasiswa STKIP PGRI Bandar Lampung dalam acara Srawung Seni Sawah #4 tahun 2025. Pentas Seni Tradisional tersebut digelar di Desa Triharjo, Kec. Merbau Mataram, Lampung Selatan. Kegiatan berlangsung dari tanggal 22 – 26 Januari 2025. Puncak pentas seni tersebut digelar dan berlangsung di bawah pohon Merbau terbesar di Lampung pada Minggu, 26 Januari 2025. Berbagai kegiatan berbasis masyarakat dilakukan, di antaranya pasar rakyat, permainan tradisional, sulam tapis, olah makanan tradisional, ritual sawah, dan pentas seni. Pada puncak acara, Bupati dan Wakil Bupati Lampung Selatan terpilih, Radityo Egi Pratama – M. Syaiful Anwar dan Wakil Gubernur Lampung terpilih, Jihan Nurlela, turut menyemarakkan dan hadir di tengah-tengah masyarakat yang memadati lokasi pentas seni. Pada pentas seni tahun ini, turut berpartisipasi para seniman dari berbagai negara, seperti Jepang, Meksiko dan Ekuador. Selain itu, para penampil yang berasal dari berbagai daerah di antaranya Solo, Klaten, Magelang, Semarang, Tuban, Malang, Purbalingga, dan Indramayu serta dimeriahkan oleh beberapa penampli dari SD, SMP, SMA/SMK, dan perguruan tinggi di Lampung.

Dalam gelaran Srawung Seni Sawah 2025, STKIP PGRI Bandar Lampung mengirimkan rombongan mahasiswa dan dosen untuk menampilkan wayang kreasi Lampung dengan lakon Sidang Belawan. Diceritakan Sidang Belawan merupakan seorang pangeran dari Kerajaan Surga yang menjelma menjadi anak burung elang untuk menyelamatkan seorang Putri Bungsu yang tengah menderita karena tinggal di hutan di tepi Sungai Komering yang sedang disiksa oleh kakak-kakaknya. Sidang Belawan menjelma menjadi seekor burung karena Putri Bungsu tersebut memiliki kepribadian yang tertutup namun penyayang terhadap binatang. Tapi, berbeda cerita dengan yang berkembang di daerah Lampung yang mengisahkan seorang putra mahkota bernama Sidang Belawan dari kerajaan Lampung yang menikahi bidadari dengan menyembunyikan selendangnya agar tidak bisa kembali ke khayangan. Setelah bertahun-tahun hidup bersama hingga memiliki anak, akhirnya bidadari mengetahui rahasia selendang tersebut dan kembali ke khayangan bersama anaknya. 

Wayang kreasi berorientasi budaya Lampung sebelumnya pernah dipentaskan di hadapan siswa sekolah dasar, guru, orang tua siswa (masyarakat), kepala sekolah, pengawas, dan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Bandar Lampung. Pementasan dilaksanakan secara roadshow dengan menampilkan tiga lakon yang berbeda. Selanjutnya, wayang kreasi Lampung diberi kesempatan untuk tampil menghibur dalam Pembukaan Rapat Kerja Pimpinan Perguruan Tinggi di Lingkungan LLDIKTI Wilayah 2 dan Rapat Kerja Kepala LLDIKTI se-Indonesia di Novotel Hotel Lampung pada bulan September 2024 dengan judul lakon Perlawanan Radin Intan II. Lalu, pada Desember 2024, wayang kreasi Lampung dengan lakon Radin Jambat dipentaskan dalam kegiatan Gebyar Karya P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) di SDN 1 Tanjung Senang Bandar Lampung.

Pentas wayang kreasi Lampung yang disuguhkan oleh mahasiswa ini merupakan hasil dari penelitian dosen STKIP PGRI Bandar Lampung juga bagian dari hasil Project Based Learning mata kuliah di Program Studi PGSD. Pementasan ini juga menandakan bahwa daya tafsir tim peneliti yang dikomandoi oleh Andri Wicaksono, sekaligus tim artistik yang terimplementasi dalam pementasan sehingga menghasilkan estetika sebuah pementasan wayang model baru dan original. Dengan begitu, cerita wayang lebih leluasa digunakan untuk berbagai keperluan, seperti pelestarian budaya dan pengembangan karakter. Jadi, tidak salah jika wayang kreasi baru dengan menghadirkan ciri lokalitas Lampung turut diangkat untuk memperkaya khasanah budaya di Indonesia. 

Pertunjukan wayang kreasi yang dipentaskan di hadapan khalayak ramai, khususnya masyarakat sekitar Merbau Mataram berhasil mendapatkan apresiasi dari penonton. Agus Gunawan selaku inisiator acara Srawung Seni Sawah bersama Komunitas Anak Sawah Merbau Mataram memberikan apresiasi positif atas geliat generasi muda, khususnya mahasiswa STKIP PGRI Bandar Lampung yang peduli dengan tradisi dan budaya Lampung. Untuk ke depannya, Ia berharap wayang kreasi yang dikemas dalam pertunjukan padat dapat berkembang serta memiliki ciri lokalitas. 

Ditemui terpisah, Ketua STKIP PGRI Bandar Lampung, Wayan Satria Jaya, mengatakan pagelaran wayang kulit yang digelar merupakan hasil kreasi inovasi pertunjukan wayang berorientasi budaya Lampung sebagai sumber belajar apresiasi sastra dan penguatan karakter siswa serta literasi budaya. Dengan menginternalisasikan kesan dan pesan tersebut, M. Yanuardi Zain, selaku Kaprodi PGSD menambahkan bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam wayang dapat dijadikan sebagai media pendidikan moral untuk mencapai persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang multietnis. Oleh karena itu, wayang dinilai sangat berharga dalam pembentukan karakter dan jati diri bangsa serta peradaban Indonesia. Wakil ketua bidang kemahasiswaan, Ambyah Harjanto, turut menyambut gembira atas kiprah mahasiswa STKIP PGRI Bandar Lampung yang mau dan mampu “keluar dari zona”, membaur dan melebur dalam seni kerakyatan ssekaligus ajang promosi bagi kampus kepada masyarakat luas. (AW)

Menyemai Ruas Memori Sejarah Lampung melalui Pentas Drama Musikal

Semacam Pembuka

Pentas Pemanggungan Karya Mahasiswa sebagai hasil Project Based Learning Mata Kuliah Teori dan Apresiasi Sastra yang diampu oleh Dr. Andri Wicaksono dilaksanakan pada tanggal 18 Januari 2025 di Gedung Teater Tertutup Taman Budaya Lampung. Tema besar yang diangkat adalah “Menyemai Ruas Memori Sejarah Lampung melalui Apresiasi Sastra”. Menurut Wicaksono, untuk mengenang jasa pahlawan atau tokoh yang memiliki pengaruh terhadap arah sejarah bangsa, khususnya di Provinsi Lampung, diperlukan wahana agar diketahui, menjadi renungan bagi generasi masa kini, salah satunya melalui pertunjukan drama musikal. Setidaknya, semangat perjuangan dan pantang menyerah dapat menjadi teladan bagi semua, bukan lagi berperang dengan kolonialisme. Tapi, berperang dengan diri sendiri, rasa malas, takut, sombong, menang – benar sendiri dengan terus menaikkan value dan efikasi diri. 

Sebelum pementasan, acara dibuka dengan laporan kegiatan oleh Kaprodi PGSD, M. Yanuardi Zain, M.Pd. dan dibuka langsung oleh Ketua STKIP PGRI Bandar Lampung, Dr. Wayan Satria Jaya, M.Si. Dalam laporannya, Adit Zain menyampaikan bahwa pentas ini adalah sebagai pembelajaran, pembentukan mental, aktualisasi diri, dan bekal pengalaman agar mahasiswa memiliki bekal di masyarakat dan dunia profesi guru ke depan, mereka tidak akan canggung ketika menyajikan pentas seni. Senada dengan itu, Wayan Satria Jaya memberikan apresiasi atas kerja nyata mahasiswa dan dosen pengampu yang tidak hanya berkutat dengan perkuliahan dalam kelas dan tugas-tugas akademik di kampus. Dengan proses menuju pemanggungan ini, Bapak Ketua memuji effort para penyaji (mahasiswa) yang tak kenal cuaca dan hawa, berlatih setiap hari setelah kuliah sampai malam, bahkan di antara derasnya hujan. Itu semua tidak melunturkan semangat untuk menciptka, berkarsa, dan berkarya. Ia pun memberikan terimakasih kepada tim pelatih dan sutradara Teater Satu Lampung atas kerja sama dan bantuan sehingga dapat menghantarkan mahasiswa PGSD yang notabene bukan dari bidang seni atau sastra, tapi bisa berproses dalam pertunjukan teater.

Satu Pentas, Tiga Epos

Dalam pertunjukan itu ditampilkan 3 (tiga) lakon yang diangkat dari sejarah perjuangan rakyat Lampung pada era kolonial dan perang kemerdekaan (Ruang Seni, 2025). 

Pertama, Danirmala di Bumi Sekala

Acara dibuka oleh karya, “Danirmala di Bumi Sekala”, karya yang disutradarai oleh Riza Kharisma Putra dan koreografer oleh Silvia Dewi, menyajikan kisah heroik Pangeran Dalom Merah Dani atau Hi. Harmain, Sultan Sekala Brak dari Kepaksian Pernong (1869–1909).

Lakon ini menggambarkan perjuangan Pangeran Dalom melawan pengkhianatan dan penindasan, sekaligus menyebarkan ajaran agama Islam. Salah satu momen ikonis adalah penghormatan dari Sultan Abdul Hamid II yang memberikan kain kiswah dan pedang Istanbul sebagai simbol persaudaraan.

Cerita dimulai dengan seorang anak yang meminta ayahnya menjelaskan sejarah Pangeran Dalom sebagai tugas kuliah. Adegan berlanjut pada perlawanan Pangeran Dalom melawan penghianat bangsa, diakhiri dengan semua pemeran berjoget riang diiringi lagu Lampung.

Kedua, Tambur Perang Hisbullah

Di bawah arahan sutradara Gandi Maulana dan koreografer Sulhan Jamil, lakon ini menghidupkan kembali perjalanan KH. Ahmad Hanafiyah, seorang ulama dan pahlawan nasional asal Lampung. Karya ini merefleksikan perjuangan beliau memimpin pasukan santri Hizbullah dalam melawan penjajah Belanda. Adegan-adegan menegangkan yang menggambarkan persiapan pasukan di Tanjung Karang hingga pertempuran di Baturaja memikat hati penonton. Akhir cerita yang tragis, ketika KH. Ahmad Hanafiyah wafat akibat kekejaman Belanda, membawa suasana haru di dalam gedung pertunjukan. Penonton terlihat terdiam sejenak sebelum memberikan apresiasi dengan tepuk tangan meriah.

Terakhir, Purnama Kandas di Rumpun Bambu

Sebagai penutup, “Purnama Kandas di Rumpun Bambu”, sebagai sutradara sekaligus penggubah naskah adalah Dodi Firmansyah, dengan koreografer oleh Yovi Sanjaya. Lakon ini mengisahkan perjuangan K.H. Gholib di Pringsewu selama Agresi Militer Belanda 1949. Epik ini mengangkat taktik perang gerilya yang digunakan K.H. Gholib untuk melawan Belanda meskipun dihantam pengkhianatan dari “Macan Loreng,” pasukan rahasia yang dibentuk Belanda dari kalangan pribumi. Penangkapan dan eksekusi K.H. Gholib di Pringsewu menjadi klimaks yang memancing isak tangis penonton. Keberanian, cinta, dan kehilangan menjadi tema yang menyentuh hati, terutama melalui penampilan apik para mahasiswa yang memerankan keluarga K.H. Gholib. Cahaya lilin yang memenuhi panggung, diiringi sholawat “Padang Bulan,” menciptakan penutup yang indah sekaligus memilukan.

Apresiasi dari Penonton

Pangung Teater Tertutup Taman Budaya Lampung penuh sesak oleh penonton. Penonton hadir dari berbagai kalangan, di antaranya orang tua wali mahasiswa, pimpinan dan dosen STKIP PGRI Bandar Lampung, mahasiswa, sekolah mitra,  perwakilan dari perguruan tinggi di Lampung, dan umum. Tepuk tangan riuah dari penonton menambah suasana semarak dari tiap penampilan. Dari awal hingga akhir pertunjukan, penonton tak henti-hentinya memberikan apresiasi dan tidak beranjak dari tempatnya.  

Penonton merasa tersentuh dengan kisah perjuangan pahlawan Lampung dalam balutan seni teater musikal. Banyak di antara penonton meneteskan air mata, bahkan sampai terisak menyaksikan tragedi di tiap kisah, seperti akhir perjuangan Hi. Gholib dan K.H. Ahmad Hanafiah. Salah satu penonton, Dewi Sri menyatakan, “Saya tidak menyangka mahasiswa PGSD yang bukan berlatar seni mampu menyuguhkan karya seperti ini. Saya sangat tersentuh, terutama dengan pesan-pesan perjuangan yang disampaikan dalam pertunjukan.”

Acara ini menjadi bukti bahwa seni bisa menjadi medium yang kuat untuk menyampaikan sejarah dan membangkitkan kesadaran budaya. Puncak Apresiasi Sastra 2025 tak hanya menghibur, tetapi juga memberi pelajaran berharga tentang perjuangan, pengorbanan, dan cinta terhadap tanah air.

PEWARISAN BUDAYA LOKAL LAMPUNG MELALUI CIPTA SENI SEBAGAI PEREKAT KEBHINEKAAN MELALUI PAGELARAN TARI SIGEH PANGUNTEN DAN TARI MELINTING

Bandar Lampung, 25, 27, dan 29 Juni 2024

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) STKIP PGRI Bandar Lampung telah sukses menggelar rangkaian kegiatan roadshow dengan tema Pewarisan Budaya Lokal Lampung melalui Cipta Seni sebagai Perekat Kebhinekaan. Kegiatan ini merupakan bagian dari mata kuliah Sejarah Budaya Lampung serta Pengembangan Materi, Media, dan Sumber Belajar.

Latar Belakang

Sebagai bagian dari upaya melestarikan budaya Lampung, mahasiswa PGSD STKIP PGRI Bandar Lampung mendapatkan kesempatan untuk mempelajari dan mengaplikasikan budaya serta tradisi yang ada, salah satunya melalui alat musik Cetik atau Gamolan Pekhing. Cetik adalah alat musik tradisional Lampung yang terbuat dari bambu dan dimainkan dengan cara diketuk. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan budaya Lampung kepada masyarakat luas, khususnya anak-anak sekolah dasar, agar lebih mengenal dan mencintai warisan budaya daerah.

Pelaksanaan Kegiatan

Roadshow ini dilaksanakan dalam bentuk pagelaran tari Sigeh Pangunten dan tari Melinting yang diiringi alat musik Cetik/Gamolan. Acara ini berlangsung di tiga sekolah dasar di Bandar Lampung, yaitu:

  1. SDN 3 Gulak Galik, 25 Juni 2024
  2. SDN 1 Langkapura, 27 Juni 2024
  3. SDN 2 Rawa Laut, 29 Juni 2024

Kegiatan dimulai pukul 09.00 WIB dan dibuka oleh Ketua STKIP PGRI Bandar Lampung, Pengawas Sekolah, serta Kepala Sekolah setempat. Rangkaian acara terdiri dari:

  1. Persembahan tari Sigeh Pangunten
  2. Persembahan tari Melinting
  3. Pementasan musik dan lagu daerah Lampung dengan iringan gamolan cetik

Setiap roadshow berlangsung hingga pukul 12.00 WIB dan mendapat sambutan luar biasa dari peserta didik, guru, serta orang tua murid yang hadir.

Hasil dan Manfaat Kegiatan 

Kegiatan ini memberikan berbagai manfaat, di antaranya:

  1. Penguatan identitas budaya
  2. Mahasiswa PGSD lebih memahami dan mencintai budaya Lampung dengan cara memainkannya secara langsung.
  3. Pendidikan berbasis seni dan budaya
  4. Para siswa SD mendapatkan pengalaman langsung dengan budaya Lampung, yang memperkaya wawasan mereka.
  5. Peningkatan keterampilan mahasiswa
  6. Mahasiswa tidak hanya mendapatkan wawasan teoritis, tetapi juga keterampilan konkret dalam seni pertunjukan.

Kesimpulan dan Saran

Kegiatan roadshow ini telah berjalan dengan sukses dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Antusiasme peserta menunjukkan bahwa seni dan budaya lokal tetap mendapat tempat di hati masyarakat, khususnya di lingkungan pendidikan. Diharapkan kegiatan serupa dapat terus dilakukan secara berkelanjutan dengan cakupan yang lebih luas. Selain itu, adanya dukungan dari berbagai pihak, termasuk institusi pendidikan dan pemerintah daerah, sangat penting dalam pelestarian budaya lokal.

STKIP PGRI Bandar Lampung berharap bahwa inisiatif seperti ini dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa dan generasi muda untuk terus menjaga dan mengembangkan budaya Lampung demi keberagaman budaya nasional yang lebih kuat.

Pementasan Teater Mahasiswa PGSD STKIP PGRI Bandar Lampung Angkatan 20

Bandar Lampung, 21 mei 2022 – Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Angkatan 2020 (PGSD) STKIP PGRI Bandar Lampung sukses menggelar pementasan teater di Taman Budaya Provinsi Lampung pada Sabtu, 21 mei 2022. Kegiatan ini merupakan bagian dari mata kuliah Pengembangan yang bertemakan “Menuju Mahasiswa/Mahasiswi Milenial, Cerdas Akal dan Berintegrasi”. Acara ini dihadiri oleh mahasiswa, dosen, serta berbagai tamu undangan yang turut memberikan apresiasi atas pertunjukan yang disajikan.

Pementasan teater ini bertujuan untuk mengembangkan kompetensi mahasiswa dalam berbagai aspek, termasuk keterampilan berbicara, kreativitas dalam pertunjukan, kolaborasi tim, serta peningkatan rasa percaya diri. Selain itu, kegiatan ini juga menjadi wadah bagi mahasiswa untuk lebih memahami sejarah teater dan sastra drama, serta memperkuat nilai kebersamaan dan kepemimpinan.

Jadwal Pementasan:

 (Kelas 6A) – 19.00-20.00 WIB

 (Kelas 6B) – 20.00-21.00 WIB

 (Kelas 6C) – 21.00-22.00 WIB

Pementasan ini dipandu oleh dosen pengampu, Dr. Andri Wicaksono, M.Pd., serta didukung oleh panitia pelaksana yang dipimpin oleh Wahyu Adi Surono (Ketua), Sindi Anita Putri (Sekretaris), dan Nadya Mahya F. (Bendahara).

Kegiatan ini berhasil memberikan pengalaman berharga bagi mahasiswa dalam mengeksplorasi berbagai bentuk seni, seperti seni peran, seni tari, seni musik, dan seni rupa. Selain sebagai hiburan, pementasan ini juga menjadi sarana edukasi dan apresiasi terhadap seni budaya Indonesia.

Meskipun mengalami beberapa kendala terkait kelengkapan sarana dan prasarana, acara tetap berlangsung dengan lancar dan mendapatkan respon positif dari penonton. Keberhasilan pementasan ini membuktikan bahwa mahasiswa PGSD STKIP PGRI Bandar Lampung memiliki semangat dan kemampuan dalam menghidupkan seni teater sebagai bagian dari pembelajaran serta pengembangan diri.

Kesimpulan:

Kegiatan ini memberikan pembelajaran dan pembekalan bagi mahasiswa dalam memahami seni teater, meningkatkan keterampilan berbicara, serta memperkuat kerja sama tim. Selain itu, acara ini menjadi sarana bagi mahasiswa untuk mengapresiasi seni dan budaya Indonesia, serta memberikan pengalaman dalam menyelenggarakan sebuah pertunjukan teater.

Saran:

Sebagai bentuk evaluasi, panitia menyarankan agar dalam pelaksanaan mendatang dapat dilakukan perbaikan dari segi komunikasi dan perencanaan yang lebih matang agar kegiatan semakin optimal dan memberikan pengalaman yang lebih baik bagi seluruh peserta. Selain itu, perlu adanya peningkatan dalam penyediaan sarana dan prasarana agar pementasan berjalan lebih maksimal.

Dengan terselenggaranya acara ini, diharapkan mahasiswa dapat terus mengembangkan keterampilan seni dan budaya, serta menjadikan teater sebagai media pembelajaran yang bermanfaat bagi dunia pendidikan di masa depan.